Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Love Bird

Sexing Lovebird

 Terdapat sembilan spesies lovebird (LB) yang keseluruhannya berasal dari benua Afrika. Tiga spesies (Abyssinian, Madagascar dan Red Faced) tergolong dalam sexing dimorphic. Dimorphic artinya jenis kelamin burung-burung tersebut dapat dengan mudah dikenali dengan melihat, mengamati fisik burung tersebut. Namun untuk enam jenis burung LB yang lain tergolong non-dimorphic, artinya jenis kelamin burung-burung tersebut tidak dapat dikenali hanya melalui penglihatan. Jadi,  meskipun Anda memiliki “sepasang” lovebirds belum tentu mereka adalah benar-benar terdiri dari seekor burung jantan dan seekor burung betina. 
 
Uniknya, LB, meskipun berjenis kelamin sama mereka juga menunjukkan perilaku seperti sepasang burung jantan dan betina. LB dengan jenis kelamin sama juga saling menyuap makanan, menyisir bulu (didis; bhs jawa red), tidur berdempetan, bahkan merekapun mengerami telur (jika keduanya berkelamin betina). Intinya mereka dapat melakukan perilaku seperti sepasang burung jantan dan betina, padahal mereka berkelamin sama!

 LB yang tergolong non-dimorphic adalah jenis Peachfaced, Masked, Fischers, Black cheeked, Nyasa dan Black Collared. Pertanyaannya adalah, “Bagaimana mengenali jenis kelamin jenis-jenis LB tadi?”. Catatan di bawah ini dapat digunakan sebagai panduan untuk mengenali jenis kelamin LB. Hal tersebut dapat dilakukan dengan uji coba pada LB yang sudah matang seksualitasnya. Tanpa menggunakan sexing ilmiah, sepasang LB dapat diketahui jantan dan betina nya:

 • Jika salah satu burung mengerami telur, maka dia jelas berjenis kelamin betina.
 • Jika telur yang dierami menetas, maka jelas pula LB pasangannya adalah jantan. 

 Namun sekali lagi, selalu terdapat pengecualian dalam dunia LB. Terdapat pula LB berjenis kelamin betina yang tidak pernah mengerami telur, atau LB jantan yang tidak dapat membuahi telur. Atau dapat pula terjadi meskipun sudah jelas jantan dan betina, namun tidak jodoh, sehingga membutuhkan pasangan baru. Bagi LB, dan mungkin sebagian besar jenis burung lain, proses perjodohan hingga perkawinan burung harus matang secara sexual. LB betina siap untuk mulai bertelur dan melakukan pengeraman mulai umur 10 hingga 12 bulan.


 Terdapat beberapa metode sexing yang tidak bersifat ilmiah yang sering dilakukan oleh beberapa penangkar LB. Mulai dari bentuk dan ukuran kepala, posisi kaki burung bertengger (posisi kaki rapat atau lebar), rongga tulang pelvic (supit udang) hingga bentuk bulu ekor burung (menciut atau melebar). Dapat pula diamati perilaku burung. Hormon burung betina yang sudah cukup matang akan menunjukkan perilaku agresif dan sangat mungkin menyerang burung lain atau hal lain yang mengganggu daerah atau sarangnya.

 Sebaliknya burung jantan lebih menunjukkan perilaku tenang dan tidak begitu agresif. Semua hal yang diutarakan di atas adalah cara-cara yang tidak ilmiah. Artinya akurasi atau ketepatan sexing tidak dapat dijamin seratus persen. Terdapat beberapa pengecualian diantara burung yang satu dengan yang lain.

 Sexing secara ilmiah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan tes DNA dan operasi. Tes DNA dilakukan dengan menggunakan sample darah yang dapat diambil dari beberapa tetes darah dari kuku burung. Sedangkan cara operasi dilakukan dengan cara membius burung dan membuat sebuah irisan kecil di sisi sebelah kiri tubuh burung. Dengan metode operasi akan dapat dilihat dengan kasat mata keberadaan indung telur burung tersebut. LB betina jelas akan terlihat memiliki organ indung telur.

 LB biasa mengerami empat hingga enam butir telur di sarangnya. Cara terbaik untuk membuat telur-telur menetas adalah dengan membiarkan telur-telur tersebut sebagaimana adanya. Biarkan sang induk dalam kondisi aman dan tenang dalam mengerami telur-telur tersebut. LB termasuk burung yang cerdik dan teliti. Mereka dapat menghitung jumlah telur yang mereka erami. Memindah atau mengurangi telur dalam sarang akan membuat LB mengganti telur-telur yang hilang. Keduanya bergantian mengerami telur-telur tersebut. Ketika betina LB mengetahui telur-telur nya tidak akan menetas, maka segera dia akan berhenti mengeraminya.

Love Bird

PERMASALAHAN DALAM BETERNAK LOVEBIRD

 Tidak Mau jodoh
Sering kita merasa kesal karena indukan yang ingin kita jodohkan ternyata tidak mau bersatu. Hal ini bisa disebabkan karena beberapa hal, al: keduanya berjenis kelamin sama, belum memasuki masa birahi, situasi atau lingkungan yang kurang mendukung.



Telur Tidak Menetas
Telur tidak meneteas bisa disebabkan oleh beberpa hal al: Indukan yang mandul, kurang nutirisi, telur tidak dierami indukan, infeksi bakteri, dan lain-lain. Sering dijumpai dalam satu tetasan, ada 1 atau 2 telur yang tidak menetas. Ini adalah hal yang wajar dan tidak perlu di khawatirkan. Biasanya telur yang tidak menetas itu adalah telur yang terakhir. Menurut literature yang saya baca, bahkan di alam sekalipun, tidak semua telur bisa menetas.

Cacat  Kaki.
Sering kita jumpai anak Lovebird yang kakinya tidak bisa berdiri dan mencengkeram dengan sempurna serta cenderung miring ke samping. Hal ini disebabkan karena bahan sarang yang ada didalam sangkar kurang mencukupi sehingga Lovebird tidak mempunyai dasar berpijak yang tidak licin. Kebanyakan kasus ini dijumpai pada glodok yang beralaskan papn triplek. Hindarilah menggunakan bahan ini dan gunakan papan yang belum diserut sebagai bahan dasar glodok.

PEMASTERAN
Betulkah Lovebird bisa dimaster? Saya bisa mengatakan bisa, berdasarkan pengalaman saya. Lovebird termasuk burung yang cerdas dan gampang menirukan suara burung jenis lain. Selama ini Lovebird lebih banyak digunakan sebagai master terutama Lovebird yang memiliki trecetan kasar dan panjang-panjang. Untuk mencari Lovebird seperti ini bukanlah hal yang mudah. Jika ada, tentu harganya sudah melambung tinggi. Untuk menyiasati hal tersebut, kita bisa melakukan pemasteran semenjak Lovebird berusia kurang dari 1 bulan. Walaupun trecetan suara Lovebird dalam membawakan lagu lebih banyak ditentukan dari factor genetic, upaya berikut masih bisa dilakukan untuk mendongkrak performanya. Master yang cocok untuk Lovebird adalah Kenari, Blackthroat dan Sanger karena ketiga jenis burung ini diyakini memiliki nada suara yang paling mendekati Lovebird. Dengan ketiga jenis burung ini diharapkan Lovebird akan membawakan lagunya dengan durasi yang panjang dan speed yang rapat.

Nah sekarang saatnya kita menimbang-nimbang jika burung yang kaya variasi warna dan banyak digemari dijadikan bisnis unggulan. Ada yang mungkin berencana beternak mengembangbiakan atau menjadikan komoditi yang bisa diperjual belikan atau dilombakan. Lovebird dengan jenis dan corak unik sangat mempunyai nilai pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis yang mempunyai warna umum.

Love Bird

BETERNAK LOVEBIRD
Sebelum memulai beternak Lovebird, kita harus bisa membedakan dulu antara Lovebird jantan dengan Lovebird betina. Secara fisik dan warna, burung tersebut susah untuk diketahui jenis kelaminnya. Cara yang paling gampang adalah dengan meraba kedua capit udang yang terletak dibawah duburnya. Jika keras, rapat dan lancip, biasanya jantan. Sedangkan burung betina capit udangnya lembek, lebar dan tumpul. Ciri lain adalah, Lovebird betina jika sudah birahi akan mengumpulkan bahan sarang dan diselipkan diantara kedua sayapnya sebelum dibawa kedalam kotak sarang.



Lovebird bisa diternak setelah memasuki usia diatas 7 bulan. Pilihlah Lovebird yang sehat dan tidak cacat sebagai calon indukan dan berusia relative masih muda karena Lovebird yang sudah berumur diatas 3 tahun biasanya sudah tidak terlalu produktif. Untuk mendapatkan kriteria seperti diatas, sebaiknya kita langsung membeli dari peternak yang sudah kita kenal.

Untuk memacu birahi, selain kwaci, tambahkana makanan extra berupa toge, jagung muda dan sawi. Ketiga jenis sayuran ini terbukti berguna untuk mendongkrak birahi Lovebird.
Walaupun Lovebird bisa diternak dengan cara diumbar dalam kandang beurukuran besar dengan jumlah lebih dari 1 pasang, akan lebih baik jika beternak Lovebird secara individual. Untuk 1 pasang Lovebird, bisa digunakan kandang dengan ukuran sekitar 80cm x 40cm x 40cm. Satu Kandang diisi satu pasang. Ini dilakukan supaya garis keturunan gampang dilacak sehingga suatu saat memudahkan kita untuk melakukan experiment dalam menghasilkan varian warna yang berbeda. Sediakan kotak sarang atau glodok untuk bertelor dan mengeram. Contoh ukuran glodok XLXT = 15cm x 20cm x 25cm. Glodok terbuat dari papan dengan ketebalan sekitar 2cm.

Tempat sarang atau glodok untuk Lovebird umumnya terbuat dari kotak kayu.
Bahan sarang bisa menggunakan serbuk kayu, kulit jagung yang sudah dikeringkan dan lain sebagainya.
Umumnya Lovebird bertelur antara 4 – 6 butir dan menetas setelah dierami sekitar 21 hingga 23 hari. Kedua indukan, baik jantan maupun betina saling bergantian menyuapi anaknya. Pada saat berumur sekitar 6 – 8 minggu, anak burung mulai keluar dari kotak sarang. Setelah anak burung bisa makan sendiri, segera pindahkan mereka ke sangkar lain sehingga indukannya bisa kembali melakukan siklus reproduksi.

Adakalanya indukan Lovebird tidak mau mengasuh anakannya. Jika kita menemukan kasus seperti ini, tidak ada cara lain kecuali harus diangkat dan disuapi sendiri. Siapkan kotak berukuran kira-kira 40×40x40cm yang didalamnya terdapat lampu bohlam 5 watt yang berfungsi sebagai penghangat. Anak Lovebird harus disuapi setiap 2 jam sekali. Makanan yang paling sesuai pada masa tersebut adalah bubur susu untuk bayi. Campurkan bubur susu dengan air matang (hangat-hangat kuku), lalu gunakan sendok untuk menyuapi anak burung. Tingkat kekentalan makanan tersebut harus disesuaikan dengan usia anak burung. Semakin bertambah usianya, semakin kental bubur susu yang diberikan. Setelah berumur 3 – 4 minggu, kita sudah boleh mulai memperkenalkan jenis makanan lain seperti sayuran, buah-buahan dan millet.
Pemasangan ring bisa dilakukan pada saat anakan berumur tidak lebih dari 10 hari.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Murai

Murai

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan          :     Animalia
Filum               :     Chordata
Kelas               :     Aves
Ordo                :     Passeriformes
Famili              :     Muscicapidae
Genus              :     Copsychus
Spesies            :     C. malabaricus

Murai batu (Copsychus malabaricus) merupakan burung kicau paling populer. Termasuk ke dalam family Turdidae. Tersebar di seluruh pulau Sumatra, Semenanjung Malaysia, dan sebagian pulau Jawa. Jenis yang dianggap terbaik adalah Murai Batu Medan. Hanya saja tindakan eksploitasi hutan berlebihan dan perburuan untuk kepentingan komersial membuat jenis ini sulit ditemui di pasaran.
Ciri morfologi
Memiliki tubuh hampir seluruhnya hitam, kecuali bagian bawah badan berwarna merah cerah
hingga jingga kusam. Terdapat sedikit semburat biru di bagian kepala. Ekor panjang ditegakkan dalam keadaan terkejut atau
berkicau. Murai Batu dari Tanjung Redep, Kalimantan Timur menpunyai
keunikan di bagian kepalanya
yang bergaris putih memanjang ke belakang. Murai Kalimantan memiliki ekor lebih pendek dengan panjang sekitar 8-12 cm, sementara Murai Batu Sumatra 15-20 cm . Ciri khas lainnya adalah Murai Batu Kalimantan apabila berhadapan dengan jenisnya akan mengelembungkan bulu-bulu disekitar dadanya sambil berkicau. Badan berukuran 14-17 cm.

Pakan
Makanan umum adalah serangga kecil. Hobiis biasanya memberikan kombinasi pelet, kroto, jangkrik, ulat hongkong dan telur lebah. Murai Batu juga memakan poer/ voer yang banyak dijual di kios burung.

Seksing
Jantan dibedakan dengan betina dari kicauan yang lebih aktif dan ekor lebih panjang. Jantan tidak bisa menoleransi adanya jantan lain di sekitar wilayahnya. Sementara betina sulit menerima jantan yang tidak dikenal. Biasanya penangkaran dilakukan dengan mengawinkan pasangan dari satu induk (incest). Namun saat ini banyak pengemar burung berkicau di daerah Jawa sudah mulai berhasil menangkar Murai Batu silangan antara jenis Sumatra (Medan) dengan jenis kalimantan (Borneo)

Murai

Murai Batu

Burung murai batu (Copychus malabaricus) adalah anggota keluarga Turdidae. Burung keluarga Turdidae dikenal memiliki kemampuan berkicau yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan sangat bervariasi. Ketenaran burung murai batu bukan hanya sekedar dari suaranya yang merdu, namum juga gaya bertarungnya yang sangat aktraktif.

Habitat
Jenis-jenis murai batu yang dikenal di Indonesia adalah sebagai berikut:
  • Murai batu medan, Bukit Lawang, Bohorok, kaki G Leuser wilayah Sumatra Utara. Panjang ekor 27 – 30 cm.
  • Murai Aceh, di kaki G Leuser wilayah Aceh. Panjang ekor 25 – 30 cm.
  • Murai batu Nias, panjang ekor 20 – 25 cm. Ekor keseluruhan berwarna hitam.
  • Murai Jambi, hidup di Bengkulu, Sumatra Selatan, Jambi.
  • Murai batu Lampung, hidup di Krakatau, Lampung. Ukuran tubuh lebih besar dari Murai Medan. Panjang ekor 15 – 20 cm.
  • Murai Banjar (Borneo), jenis ini paling populer di Kalimantan, karena sering merajai berbagai lomba di Kalimantan. Penyebaran di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Panjang ekor 10 – 12 cm.
  • Murai Palangka (Borneo), panjang ekor 15 – 18 cm. Hidup di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
  • Larwo (Murai Jawa), hidup di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tubuh jauh lebih kecil dari murai medan. Jenis ini sudah sangat langka ditemukan. Panjang ekor 8 – 10 cm.
Selain dari 8 sub-spesies murai batu di atas, masih ada murai batu yang berasal dari negeri tetangga, yaitu :
  1. Murai batu Malaysia, wilayah Penang. Ekor tipis dan panjang sekitar 30 – 33 cm dan postur tubuh lebih besar dari murai medan.
  2. Murai batu Thailand, hidup di perbatasan Thailand dan Malaysia, tubuh lebih besar dari murai medan, panjang ekor 32 – 35 cm dan warna hitam mengkilat indigo (kebiru-biruan).
  3. Murai batu Philippine, wilayah Luzon dan Catanduanes. Jenis ini lebih tepat disebut murai hias, karena memiliki warna tubuh yang sangat indah.
Murai batu serta kerabatnya dikelompokkan dalam beberapa species, sebagai berikut:
  1. Copsychus malabaricus (White Rumped Shama),
  2. Copsychus luzoniensis (White Browed Shama),
  3. Copsychus niger (White Vented Shama)
  4. Copsychus cebuensis (Black Shama).
  5. Trichixos pyrropygus (Orange Tailed Shama / Rufous Tailed Shama) .
Subspecies, ciri-ciri dan penyebarannya
A. Copsychus malabaricus (White Rumped Shama) terdiri dari 19 sub-species:
  1. Copsychus interpositus (Nepal, India, Myanmar, Yunan -China, Thailand dan Indochina)
  2. Copsychus stricklandii (Sabah, Kalimantan)
  3. Copsychus andamanensis (Andaman, Nicobar)
  4. Copsychus albiventris (Andaman)
  5. Copsychus indicus (Nepal, Indochina)
  6. Copsychus pellogynus (Myanmar, Peninsular)
  7. Copsychus minor (Hainan-China)
  8. Copsychus mallopercnus (Malaysia)
  9. Copsychus javanus (Jawa Barat dan Jawa Tengah)
  10. Copsychus omissus
  11. Copsychus barbouri (Maratua, Kalimantan Timur)
  12. Copsychus leggei (Sri Lanka)
  13. Copsychus malabaricus (India)
  14. Copsychus macrourus (Con Son, Vietnam Selatan)
  15. Copsychus tricolor (Malaysia, Sumatra, Natuna Island dan Anamba)
  16. Copsychus melanurus (Sumatra bagian Barat, Enggano)
  17. Copsychus suavis (Sarawak, Kalimantan)
  18. Copsychus mirabilis (Prinsen Island)
  19. Copsychus nigricauda (Kangean Island)
B. Copsychus luzoniensis (White Browed Shama) terdiri dari 4 subspecies, yaitu :
  1. Copsychus luzoniensis (Luzon, Catanduanes)
  2. Copsychus parvimaculatus (Polillo)
  3. Copsychus shemleyi (Marinduque)
  4. Copsychus superciliaris (Masbate, Negros, Panay, Ticao).
C.  Copsychus niger (White Vented Shama): Tersebar di Palawan, Calamian, Balabac, Sabang (all in    Philippines).
D. Copsychus cebuensis (Black Shama): Hidup di wilayah Cebu Philippines.
E. Trichixos pyrropygus (Orange Tailed Shama / Rufous Tailed Shama): Penyebaran di Way Kambas, Thailand, Malaysia dan Borneo.

Ciri jantan dan betina burung murai batu
 Ciri jantan dan betina murai batu dewasa sebenarnya mudah dibedakan. Untuk murai dengan sub-spesies yang sama, maka untuk warna bulu jantan lebih mengkilat. Hitamnya hitam pekat kebiruan (berkilau, nyambeliler, seperti berhologram), sedangkan warna merahnya atau coklat, terlihat tajam kontras dengan warna di sebelahnya (hitam atau putih).
Murai batu yang satu sub-spesies, ekor jantan lebih panjang ketimbang betinanya. Sedangkan lagunya, jantan lebih bervariasi.

Cara memilih bahan burung murai batu yang baik
Diasumsikan murai batu bakalan adalah murai batu tangkapan hutan yang belum makan voer dan harganya juga relatif murah.
Yang perlu anda perhatikan dalam pemilihan ini adalah:
  1. Mata: Hindari membeli murai batu yang pada matanya sudah kelihatan tanda adanya katarak, yaitu selaput berwarna putih pada bola mata. Jika murai batu sudah katarak, resiko murai batu tersebut menjadi buta sangat tinggi sekali.
  2. Ekor: Cari murai batu yang memiliki ekor rapat dan tidak terlalu tebal. Ekor yang seperti ini selain enak dipandang, juga akan membuat murai batu memainkan ekornya pada saat ditrek. Hindari juga membeli murai batu yang tidak punya ekor, karena kita tidak bakalan tahu bagaimana bentuk dan jenis ekor dari murai batu tersebut, jika ekornya sudah tumbuh kembali.
  3. Bulu Dada: Kebanyakan murai batu memiliki bulu dada berwarna coklat, Tapi jika Anda mendapatkan murai batu dengan bulu dada cenderung berwarna kekuningan, maka itu rezeki Anda. Murai batu bakalan dengan warna bulu dada seperti ini, biasanya cepat berbunyi dan cepat juga jadi.
  4. Usia: Jangan pernah menilai usia murai batu hanya berdasarkan pengamatan pada kaki, ini bisa menipu calon pembeli. Murai batu bakalan muda mempunyai tanda bulu yang masih berbintik cokelat di bagian sayap sebelah luar maupun sayap sebelah dalam.
  5. Perilaku: Jika ada murai batu bakalan yang pada saat kita pegang dia menjerit kencang dan berusaha mematuk-matuk jari tangan, inilah murai batu dengan mental berani.
  6. Bentuk paruh: Sebaiknya pilih bentuk paruh yang berpangkal lebar, tebal, besar dan panjang. Paruh bagian bawah harus lurus. Jangan memilih bahan yang memiliki paruh bengkok. Posisi lubang hidung pilih sedekat mungkin dengan posisi mata.
  7. Bentuk kepala: Pilih yang berbentuk kotak, mata bulat besar dan melotot. Ini menandakan burung ini mempunyai mental tempur yang baik.
  8. Postur badan: Pilihlah bahan yang berpostur sedang dengan panjang leher, badan dan ekor serta kaki yang serasi. Jangan memilih bahan yang berleher dan berbadan pendek.
  9. Sayap mengepit rapat dan kaki mencengkram kuat, ini menandakan bahan tersebut sehat. Warna kaki tidak berpengaruh terhadap mental burung.
  10. Lincah dan bernafsu makan besar. Ini merupakan ciri-ciri bahan yang bermental baik.
  11. Panjang ekor yang serasi dengan postur badan. Pilihlah bentuk ekor yang sedikit lentur.
  12. Leher panjang padat berisi. Menandakan burung ini akan mengeluarkan power suara secara maksimal.
Cara perawatan burung murai batu
Tempat/sangkar: Murai batu bisa dipelihara dengan sangkar bulat maupun kotak. Untuk kotak ukuran 50 x 50 x 75 cm sedangkan untuk bulat dengan diameter 50 cm atau 60 cm tergantung dari jenis murai batu yang kita pelihata apakah berekor panjang atau pendek. Sementara tenggeran atau pangkringan bisa dibuat dengan kayu asam diameter 1,3 cm; bisa berbentuk palang bersusun mapun leter T.
Untuk perawatan harian, murai batu tidak perlu dikerodng dan hanya dikerodong malam hari agar tidak kedinginan.
- Pakan: Hal utama yang perlu diperhatikan dalam hal pakan adalah menu yang variatif sehingga kecukupan nutrisi, vitamin dan mineralnya. Pakan yang bagus, selain lengkap nutrisinya seperti protein, karbohidrat, juga lengkap vitaminnya seperti vitamin A, D3, E, B1, B2, B3 (Nicotimanide) B6, B12, C dan K3. Selain itu, perlu pula mengandung zat esensial seperti D-L Methionine, I-Lisin HCl, Folic Acid (sesungguhnya adalah salah satu bentuk dari Vitamin B) dan Ca-D.
Di samping vitamin, perlu juga kecukupan mineral. Mineral dibutuhkan dalam pembentukan darah dan tulang, keseimbangan cairan tubuh, fungsi syaraf yang sehat, fungsi sistem pembuluh darah jantung dan lain-lain. Seperti vitamin, mineral berfungsi sebagai ko-enzim, memungkinkan tubuh melakukan fungsinya seperti memproduksi tenaga, pertumbuhan dan penyembuhan. Yang termasuk mineral yang diperlukan burung anis kembang adalah Calcium, Phosphor, Iron, Manganase, Iodium, Cuprum, Zinccum, Magnesium, Sodium Chlorin dan Kalium.

Makanan yang sesuai untuk murai batu
  1. Voer (sebaiknya pilih yang berkadar protein sedang yaitu: 12%-18%). Belum tentu voer yang berharga mahal akan cocok dengan sistem metabolisme setiap burung murai batu. Voer harus selalu tersedia di dalam cepuknya. Selalu ganti dengan voer yang baru setiap dua hari sekali.
  2. EF (Extra Fooding), pakan tambahan yang sangat baik buat burung murai batu yaitu: jangkrik, orong-orong, kroto, cacing, ulat hongkong, ulat bambu, kelabang, belalang dan lainnya. Pemberian EF harus selalu disesuaikan dengan karakter pada masing-masing burung dan juga harus mengetahui dengan pasti dampak klausal dari pemberiannya EF tersebut.
Perawatan dan setelan harian burung murai batu
Perawatan harian untuk burung murai batu relatif sama dengan burung berkicau jenis lainnya, kunci keberhasilan perawatan harian yaitu rutin dan konsisten.
Berikut ini pola perawatan harian dan setelan harian untuk burung murai batu:
  • Jam 07.00 burung diangin-anginkan di teras. Jam 07.30 burung dimandikan (karamba mandi atau semprot, tergantung pada kebiasaan masing-masing burung).
  • Bersihkan kandang harian. Ganti atau tambahkan voer dan air minum.
  • Berikan jangkrik 4 ekor pada cepuk EF. Jangan pernah memberikan jangkrik secara langsung pada burung.
  • Penjemuran dapat dilakukan selama 1-2 jam/hari mulai pukul 08.00-11.00. Selama penjemuran, sebaiknya burung tidak melihat burung sejenis.
  • Setelah dijemur, angin-anginkan kembali burung tersebut diteras selama 10 menit, lalu sangkar dikerodong jika akan dilakukan pemasteran. Jika tidak, pengerodongan tidak mutlak.
  • Siang hari sampai sore (jam 10.00-15.00) burung dapat dimaster dengan suara master atau burung-burung master.
  • Jam 15.30 burung diangin-anginkan kembali diteras, boleh dimandikan bila perlu. Berikan Jangkrik 2 ekor pada cepuk EF.
  • Jam 18.00 burung kembali dikerodong dan di perdengarkan suara master selama masa istirahat sampai pagi harinya.
Penting
  • Kroto segar diberikan 1 sendok makan maksimal 2x seminggu. Contoh setiap hari Senin pagi dan hari Kamis pagi.
  • Pemberian cacing diberikan 1 ekor 1x seminggu. Contoh setiap hari Selasa pagi.
  • Pengumbaran di kandang umbaran dapat dilakukan 4 jam perhari selama 4 hari dalam seminggu.
  • Berikan multivitamin yang dicampur pada air minum untuk menjaga kesehatan burung, dua-3 kali sepekan atau sesuai kondisi burung.
Penanganan burung murai batu over birahi
Salah satu ciri-ciri burung murai batu yang terlalu birahi (over birahi) antara lain: agresif, bulu mengkorok, nglowo (sayap turun) dan mematuk ornamen sangkar.
  • Pangkas porsi Jangkrik menjadi 3 pagi dan 2 sore
  • Lakukan pengembunan (jam 05.30-06.00)
  • Berikan cacing 2 ekor 2x seminggu
  • Frekuensi mandi dibuat lebih sering, misalnya pagi-siang dan sore
  • Lamanya penjemuran dikurangi menjadi 30 menit/hari saja
  • Berikan multivitamin untuk menstabilkan kondisi fisik.
Penanganan murai batu kondisi drop
  • Tingkatkan porsi pemberian jangkrik menjadi 5 pagi dan 5 sore
  • Tingkatkan porsi pemberian koto menjadi 3x seminggu
  • Berikan klabang 2 ekor seminggu sekali
  • Mandi dibuat 2 hari sekali saja
  • Burung diisolasi, jangan melihat dan mendengar burung murai batu lain dahulu
  • Berikan multivitamin
Penanganan burung murai batu untuk lomba
Perawatan lomba sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perawatan harian. Tujuan perawatan pada tahap ini yaitu mempersiapkan burung agar mempunyai tingkat birahi yang diinginkan dan memiliki stamina yang stabil. Kunci keberhasilan perawatan lomba yaitu mengenal baik karakter dasar masing-masing burung.
Berikut ini pola perawatan dan setelan lomba untuk burung murai batu:
  • H-3 sebelum lomba, jangkrik bisa dinaikkan menjadi 5 ekor pagi dan 4 ekor sore.
  • H-2 sebelum lomba, burung sebaiknya dijemur maksimal 30 menit saja.
  • 1 Jam sebelum digantang lomba, burung dimandikan dan berikan jangkrik 3-5 ekor dan ulat hongkong 4-7 ekor.
  • Apabila burung akan turun lomba kembali, berikan jangkrik 2 ekor lagi.
Sebaiknya, mulai H-6 burung diisolasi. Jangan sampai melihat dan mendengar suara burung murai batu lain.

Perawatan dan setelan burung murai batu pasca lomba
Perawatan pasca lomba sebenarnya berfungsi memulihkan stamina dan mengembalikan kondisi fisik burung, dengan pola perawatan dan setelan:
  • Porsi EF dikembalikan ke setelan harian.
  • Berikan multivitamin pada air minum pada H+1 setelah lomba.
Perawatan dan setelan burung murai batu mabung
Mabung (Moulting) atau rontok bulu merupakan siklus alamiah pada keluarga burung. Perawatan burung pada masa mabung adalah menjadi hal yang sangat penting, karena apabila perawatan yang salah pada masa ini akan membuat burung menjadi rusak. Pada masa mabung ini, metabolisme tubuh burung meningkat hampir 40% dari kondisi normal. Oleh karena itu, burung butuh asupan nutrisi yang berkualitas baik dengan porsi lebih besar dari kondisi normal. Hindari mempertemukan burung dengan burung sejenis, karena akan membuat proses mabung menjadi terganggu.
Dampak dari ini adalah ketidakseimbangan hormon pada tubuh burung. Proses mabung juga berhubungan dengan hormon reproduksi.
Masa mabung (moulting) merupakan masa yang sangat menuntut perhatian penghobi burung. Bulu yang hilang dan digantikan selama masa mabung atau meranggas ini menyerap 25% dari total protein yang ada di dalam tubuh burung. Inilah mengapa selama masa mabung perlu ditambahkan juga protein sebesar seperempat total protein dalam tubuh burung.
Bulu-bulu dan selongsong bulu terdiri atas lebih dari 90% protein, khususnya protein yang disebut keratins. Protein bulu berbeda dengan protein pada tubuh dan telur serta memerlukan jumlah proporsional yang berbeda atas asam amino (pembangun sel atau blok protein). Burung harus mengonsumsi makanan dengan kandungan asam amino jenis ini kemudian menyerap dan disimpan sebagai protein (keratin) khusus bagi keperluan pertumbuhan bulu. Proses ini sangat penting bagi burung dan tubuh burung harus bekerja ekstra untuk mendapatkan gizi yang cukup untuk membentuk bulu secara sempurna.
Ketika burung mabung, mereka juga memerlukan energi yang besar untuk memproduksi bulu baru. Keperluan energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, menyebabkan burung harus mengonsumsi lebih banyak makanan selama meranggas untuk dapat mempertahankan pertumbuhan bulu baru. Untuk diketahui saja, energi yang diperlukan burung selama masa mabung sebesar dua setengah kali lebih banyak ketimbang burung yang sedang memproduksi telur (lihat misalnya penjelasan pada “Moulting in Bird” di situs vetafarm.com yang menjadi referensi utama untuk tulisan mengenai masalah mabung ini).
Faktor-faktor yang berpengaruh pada masa mabung tidak bisa sepenuhnya dipahami, karena sangat kompleks. Umur burung, musim saat mabung, cuaca harian, kadar hormon dan siklus perkembangbiakan, semua menjadi faktor penentu bagi keberhasilan atau kegagalan burung melewati masa mabung.
Hal yang paling utama untuk diingat adalah bahwa pada saat burung mabung, Anda harus memberikan suplai pakan yang cukup sehingga mereka bisa mengembangkan bulu-bulu sesempurna mungkin.
Untuk menyediakan protein yang diperlukan untuk peningkatan produksi bulu, Anda harus meningkatkan asam amino yang mengandung sulfur seperti metionin dan sistin. Protein seperti itu bisa ditemukan di dalam daging hewan. Daging dapat diberikan kepada kebanyakan burung yang sedang mabung dalam jumlah kecil plus pemberian suplemen makanan yang baik. Suplemen multivitamin dan multimineral yang baik seharusnya mengandung berbagai vitamin dan mineral serta asam amino untuk memungkinkan tumbuhnya bulu secara normal.
Meskipun pada umumnya mabung berjalan normal, ada beberapa hal yang sering mengganggu masa mabung burung, khususnya tumbuhnya bulu yang tidak merata atau bahkan ada bulu yang tidak rontok (sekadar nyulam).
Penggangu tersebut antara lain:
* Penyakit – Penyakit yang disebabkan virus circovirus (Beak and Feather Disease) dan virus polyoma adalah penyakit paling umum yang menyebabkan burung kesulitan memproduksi bulu. Psittacosis kronis, gangguan parasit dan infeksi bakteri pada usus dapat pula menyebabkan bulu burung sulit tumbuh.
* Gizi buruk – Sebagaimana digambarkan di atas, persyaratan untuk berlangsungnya produksi bulu secara normal memang sangat banyak, dan karenanya makanan yang kurang gizi bisa menyebabkan tumbuhnya bulu yang tidak berkualitas (mudah patah, mudah kusam, melintir/ keriting dan sebagainya).
* Kimiawi – penggunaan bahan kimiawi sering menyebabkan bulu tumbuh tidak sempurna atau bahkan merusak bulu. Salah satu contohnya adalah zat pembasmi cacing pada merpati yang dikenal sebagai Mebendazole. Bahan kimia ini akan menyebabkan bulu burung melintir jika diberikan semasa burung mabung.
* Stres – Hal ini terjadi terutama untuk burung yang disuapi/loloh dengan tangan manusia. Tangan manusia menyebabkan bulu baru tidak bisa berkembang sempurna dan sebagainya.
Apa yang perlu Anda lakukan agar burung dapat memiliki bulu baru sebaik mungkin?
  • Pertama-tama, menyingkirkan segala cacing, kutu, mikroba pengganggu dan parasit lainnya.
  • Kedua, pastikan tidak satu pun dari burung Anda menjadi pembawa virus bibit penyakit, misalnya Polyoma.
  • Ketiga, berikan gizi yang cukup selama burung meranggas/mabung dengan pakan yang bagus. Hanya saja perlu diingat bahwa pakan yang bagus bukan berarti pakan yang banyak, sebab terlalu banyak pakan yang hanya mengandung karbohidrat misalnya, hanya akan membuat burung kekurangan gizi meski secara fisik terlihat gemuk.
Pola perawatan murai batu masa mabung:
  • Tempatkan burung di tempat yang sepi, jauh dari lalu lintas manusia. Sebaiknya burung lebih banyak dalam kondisi dikerodong.
  • Mandi cukup 1x seminggu saja dan jemur maksimal 30 menit/hari atau kalau untuk penanganan ekstrim burung mabung, bisa dilakukan perawatan ekstem mabung.
  • Pemberian porsi EF diberikan lebih banyak karena sangat diperlukan untuk pembentukan sel-sel baru dan untuk pertumbuhan bulu baru. Misalnya: stelan jangkrik dibuat 5 ekor pagi dan 5 ekor sore, kroto 1 sendok makan setiap pagi dan cacing 2 ekor 3x seminggu
  • Pemberian multivitamin yang berkualitas yang dicampur di air minum 2x seminggu sangat perlu.
Lakukan pemasteran: Masa mabung membuat burung lebih banyak pada kondisi diam dan mendengar. Inilah saat yang tepat untuk mengisi variasi suara sesuai dengan yang kita inginkan. Lakukan pemasteran dengan tepat, sesuaikan karakter dan tipe suara burung dengan suara burung master.

PROBLEM UTAMA BURUNG MURAI BATU
1. Ngebatman, mbalon ketika diadu.
2. Ekor patah dan tidak tumbuh.
3. Mabung tidak tuntas.
4. Gampang mabung/rontok.
5. Nyekukruk tidak semangat
6. Tidak mau nagen atau nampil di lomba.
7. Turun tangkringan dan gelisah.

1. Ngebatman atau mbalon ketika diadu: Pertanda burung drop secara mental. Pemulihan perlu waktu lama dengan cara dikarantina dan bebas dari suara murai batu lain. Lama karantina kadang perlu sampai masa datangnya mabung lagi. Namun bisa saja lebih cepat dengan cara berikan jangkrik sebanyak burungnya mau. Bisa bahkan sampai 10 ekor kalau masih mau diberikan saja. 

2. Ekor patah dan tidak tumbuh: Pastikan bahwa bulu patahan di bagian yang menancap di pantat dicabut secara perlahan dan bisa keluar sampai ke batang bawah. Jika pori-pori tertutup, usap-usap dengan air hangat dan coba bagian itu dibuka dengan bantuan jarum yang disterilkan (dibakar atau diusap alkohol). Bersihkan dengan air hangat, keringkan.

3. Mabung tidak tuntas: Pertumbuhan bulu baru lambat sehingga tidak bisa mendesak bulu lama. Burung perlu energi tinggi untuk mabung, tetapi bukan dalam bentuk karbohidrat. Penambahan pakan masa mabung yang hanya berupa karbohidrat, hanya membuat burung gemuk tetapi bulu tidak juga tumbuh. Untuk masa pertumbuhan bulu ini diperlukan asam amino yang mengandung sulfur seperti metionin dan sistin. 

4. Gampang mabung/rontok: Penyebabnya antara lain (1) Makanan mengandung lemak dan/atau kalori tinggi sehingga membuka pori-pori kulit; (2) Bulu belum kuat sudah banyak diadu/ditrek; (3) Selama masa mabung tidak mendapat asupan nutrisi yang baik, terutama mineral. Untuk masalah asupan mineral, bisa gunakan Bird Mineral selama masa mabung atau pasca mabung (ketika mulai terlihat tanda rontok padahal baru saja tuntas mabung).

5. Nyekukruk tidak semangat, biasanya dikarenakan cacingan.

6. Tidak mau nagen atau nampil di lomba: Penyebabnya adakah adanya gangguan parasit, terutama air sac mite, yakni tungau kantung udara yang kasat mata. Burung sepertinya tidak kutuan, tetapi sesungguhnya membawa tungau di kantung udaranya. Hal ini menyebabkan burung selalu gelisah dan tidak bisa nampil maksimal di arena lomba.

7. Turun tangkringan dan gelisah: Biasanya disebabkan burung masih terlalu muda dan bisa juga burung tidak fit. Pastikan rawatan harian yang bagus

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Burung Parkit

Budidaya Burung Parkit


Burung parkit yang dikenal lucu dan bisa jinak ini ternyata memeliliki katakter atau temperamen cenderung liar sebagaimana pada kebanyakan jenis burung lain. Meskipun sudah berhasil dijinakkan perawatan berupa pemberian kasih sayang tetap dilakukan terus menerus dengan cara memberi makanan secara langsung di tangan. Jika tidak atau kita biarkan saja mereka makan di wadah pakan saja untuk beberapa waktu yang lama maka sifat alaminya akan muncul lagi alias menjadi liar kembali.

Ada sedikit tips untuk burung parkit kesayangan yang pernah jinak kemudian kembali liar yaitu kita dekatkan/kumpulkan dengan burung parkit yang jinak. Biasanya burung yang pernah jinak akan lebih mudah tenang dan beradaptasi langsung dengan teman-temannya. Sifat hidup yang suka berkoloni mendorong jenis paruh bengkok mungil ini mudah berbaur dengan kelompoknya.


Begitu si parkit ini tenang artinya tidak biyayakan atau terbang kesana kemari karena ketakutan maka proses penjinakan menjadi lebih mudah.

Budidaya Burung Parkit
Budidaya burung parkit tidaklah terlalu susah. Asalkan mengetahui tahapan-tahapan berikut maka tingkat keberhasilannya semakin tinggi. Umumnya karena cara pembudidayaan selakukan secara apa adanya sehingga hasilnya kurang memuaskan.

Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan budidaya adalah sebagai berikut:
  1. Perencanaan kualitas atau kuantitas hasil produksi burung parkit. Bila yang ditarget adalah kualitas maka perjodohan perlu seleksi khusus dari peternak burung parkit. Karena untuk mendapatkan pasangan burung parkit yang sudah serasi ini gampang-gampang susah. Biasanya mereka pilih-pilih pasangan. Nah kalau kita yang memilihkan disinilah dituntut kesabaran. Kadang yang kita pasangkan tidak mau akur. Bila yang ditarget adalah kuantitas maka itu bisa diabaikan dengan cara membiarkan parkit memilih pasangannya sendiri di kandang perjodohan masal.
  2. Perhatikan umur parkit yang akan diternakan. Umur parkit yang sudah matang kelamin sekitar 90 hari. Jadi pemilihan umur parkit usia produktif sangat menentukan juga bagi keberhasilan budidaya burung parkit ini.
  3. Seleksi sexing (penentuan jenis kelamin parkit). Pernah ada seorang yang menjodohkan parkit yang disangka satu pasangan (jantan dan betina) karena beli di pasar burung dan pesan ke pedagang burung parkit "beli satu pasang". Tetapi ternyata hingga sekian lama tidak menunjukan pasangan parkit tersebut berjodoh, apalagi bertelur atau berkembang biak. Usut punya usut ternyata pasangan parkit yang dibelinya sama-sama jantan. Sepintas burung parkit dari postur antara jantan dan betina hampir sama. Tetapi yang bisa membedakan jelas bila parkit sudah dewasa adalah warna kebiruan pada tonjolan hidung burung parkit jantan. sedang betina cenderung berwarna semu putih.
  4. Ukuran kandang harus disesuaikan dengan populasi pasangan parkit bila di lakukan secara penangkaran masal. Kelebihan sistim ini adalah biaya kandang jauh lebih murah dan praktis. Sedangkan kelemahannya adalah apabila salah satu burung sakit maka akan mudah menular kepada parkit yang lain. Sehingga terjadi kematian masal.
  5. Pemilihan jenis pakan juga harus diperhatikan. Usahakan beli pakan yang benar-benar 'berisi'. Ada kalanya di penjual pakan menjual stok dagangan yang terlalu lama sehingga banyak isi bijian tersebut kosong/kopong. Jadi pilih biji-bijian yang berbobot agar bisa memberi nutrisi yang cukup untuk burung parkit. Extra fooding berupa kecamba ,jagung muda ataupun sayuran juga bisa diberikan.
  6. Grid/Asinan atau batuan meniral juga perlu disediakan untuk membantu pencernaan burung parkit. Asinan bisa di dapat dari tumbukan batu bata merah, genteng ataupun kulit sotong.
  7. Kesehatan burung parkit juga akan berpengaruh pada perkembangbiakan.
  8. Jangan lupa kebersihan kadang/sangkar tidak kalah penting.
  9. Perhatikan pencahayaan dan sirkulasi udara.Parkit sangat membutuhkan cahaya matahari,kurang cocok di tempat lembab,jauhkan dari tempat memasak(jangan terkena asapnya).Kalau terlalu lembab parkit cenderung mudah mencret.Sirkulasi udara untuk membuang virus apibila ada parkit terkena penyakit maka parkit lain tidak tertular.

    Cara serta Tips dalam Beternak Burung Parkit

    Burung parkit memiliki variasi warna bulu yang cantik. Cara perawatan dan pemeliharaan parkit relatif mudah. Parkit juga mudah untuk beradaptasi sehingga penangkaran dan budidaya parkit tergolong tidak sulit. Itulah beberapa keunggulan yang membuat parkit menjadi burung paruh bengkok yang paling banyak dipelihara dan diternakkan di Indonesia.
    Untuk memulai beternak burung parkit ada beberapa hal yang perlu anda siapkan berikut ini :
    Kandang
    Kandang yang diperlukan untuk beternak parkit tidak begitu besar. Untuk menangkar sepasang parkit cukup sediakan kandang berukurang  40 x 40 x 60 cm. Namun jika anda ingin menernakkan parkit secara berkoloni, maka anda perlu menyediakan kandang dengan ukuran yang besar. Sesuaikan besarnya kandang dengan jumlah pasangan agar tidak terlalu padat sehingga berakibat kurang baik bagi kesehatan burung.
    Keunggulan dari beternak parkit secara berkoloni disamping kita bisa menempatkan beberapa pasang, kita juga dapat melihat burung-burung parkit yang memiliki warna beraneka ragam yang tentunya sangat cantik. Namun, jika salah satu burung tersebut terkena penyakit maka sangat mudah menulari burung yang lain jika tidak segera dipindahkan.
    Kotak sangkar (Glodok)
    Di dalam sangkar budidaya, anda harus menyediakan kotak sangkar atau glodok sebagai tempat parkit betina meletakkan dan mengerami telurnya. Untuk budidaya parkit dengan berkoloni, anda perlu menyediakan glodok sebanyak jumlah pasangan burung yang ada dalam kandang. Ukuran glodok untuk parkit kira-kira 20cm X 17,5cm X 24cm.
    Anda dapat menggunakan kayu duren dan kayu nangka (kombinasi) atau kayu randu sebagai bahan glodok. Bahan dari kayu tersebut sangat cocok untuk glodok bagi parkit dan lovebird.
    Tempat makan dan minum
    Anda perlu menyediakan tempat makan yang ukurannya sesuai dengan jumlah burung parkit yang ada di kandang. Burung biasanya akan memerlukan banyak makanan saat mereka meloloh anak-anaknya. Anda juga harus membersihkan tempat minum agar selalu bersih dan tidak berlumut.
    Untuk tips, anda dapat menggunakan tempat makan dan minum untuk ayam sebagai tempat makan dan minum parkit jika anda terpaksa harus meninggalkan parkit-parkit anda selama beberapa hari. Dengan demikian burung tetap bisa mendapatkan makan dan minum yang tetap banyak selama kita tinggal.
    Memilih Indukan
    Pilihlah indukan parkit yang masih produktif. Parkit biasanya sudah siap untuk kawin saat usianya lebih dari 90 hari (3 bulan). Ada baiknya untuk memilih idukan yang berbeda warna untuk mendapatkan anakan yang memiliki warna bervariasi.
    Membedakan kelamin parkit
    Untuk membedakan parkit jantan dan betina anda dapat melihat gambar berikut :
    Memulai Beternak
    Di alam bebas parkit berkembang biak pada bulan Oktober – Desember. Saat musim kawin, sang jantan biasanya menyanyi dengan nada rayuan untuk memikat betinanya. Jika ada kecocokan maka perkawinan akan segera berlangsung. Burung ini dikenal sangat setia dengan pasangannya. Bila si betina sedang aktif bertelur maka si jantan akan menunggu di luar sambil bersiul menghibur sekaligus akan mengusir apabila ada pengganggu mendekati sarangnya.
    Telur dan anakan
    Berat telur parkit berkisar 2,5 gram/butir dengan jumlah telur rata-rata 6 butir/pasangan parkit. Anak burung parkit yang baru keluar dari cangkang telurnya berbobot rata-rata 2,35 gram dengan kondisi mata masih terpejam. Setelah umur sembilan hari barulah matanya terbuka.
    Setelah umur 30 hari barulah anak burung parkit mulai siap meninggalkan sarangnya untuk belajar terbang. Namun meski sudah mulai terbang, sang induk biasanya masih menyuapinya hingga umur 40 hari. Setelah umur tersebut biasanya persiapan perkawinan untuk generasi yang baru akan dilakukan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS